Mereka menemukan fakta bahwa lumpur Sidoarjo terjadi akibat kembali aktifnya struktur Gunung Lumpur yang telah terbentuk sekitar 200 ribu tahun lalu.
Terdapat tiga gunung lumpur yang berada di bawah tanah di Wilayah Sidoarjo. Salah satu gunung lumpur telah menyembur, tim menduga semburan lumpur bukan disebabkan pengeboran minyak dan gas yang dilakukan PT Lapindo Brantas.
Dua gunung lumpur lainnya juga berpotensi keluarnya semburan karena lokasinya berada sekitar 10 km dari lokasi semburan yakni di barat daya dan timur laut lokasi semburan.
Para ahli menyarankan agar warga di area terdampak agar dievakuasi.
Hasil penelitian itu disampaikan kelompok ilmuwan Rusia yang dipimpin Doktor Sergeu Kadurin pada konferensi pers yang dihadiri para ahli Geologi Indonesia.
Fakta lain yang ditemukan Sergey kadurin dan timnya adalah gempa bumi yang terjadi sekitar satu tahun sebelum kejadian lumpur Sidaoarjo merupakan salah satu peristiwa geologi yang membantu terbukanya saluran lumpur.
Gempa yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 merupakan tepat dua hari sebelum semburan lumpur Sidoarjo juga berpengaruh dalam pengaktifan kembali lumpur tua.
Sergey menyimpulkan dalam peristiwa semburan lumpur Sidoarjo, saluran lumpur telah ada sebelum dilakukannya pengeboran sumur.
Senior Manager BP Migas, Awang Harun Setyana juga menjelaskan bahwa pengeboran di lokasi semburan lumpur Sidoarjo sebenarnya sudah sesuai prosedur.
Tim ilmuwan Rusia menyimpulkan hasil penelitiannya setelah membuat konstruksi sebuah sistem informasi geologi. Mereka menciptakan sebuah model tiga dimensi dari formasi geologi bawah tanah di area itu.
Model tiga dimensi tersebut dibuat dari data seismik dua dimensi pada 2003 dan awal 2006.
0 comments:
Tinggalkan Komentarmu