"Di Pemerintahan Tarakan tidak ada warga pribumi yang menduduki jabatan tinggi, semua pendatang,” paparnya saat dihubungi Tempo, Senin (27/9).
Karenanya, Sofyan mengaku tidak kaget terjadi peristiwa kerusuhan etnis di Tarakan sehingga menyebabkan satu tewas dan satu terluka parah. “Pasti suatu saat akan terjadi peristiwa ini,” paparnya.
Sofyan berharap ada pemerataan status sosial–ekonomi antara warga pendatang dan warga pribumi. Tiadanya kesenjangan, menurutnya, akan mampu mengikis kebencian di antara warga pribumi dan pendatang.
Kondisi Kota Tarakan hingga pukul 20.00 WITA Senin (27/9) masih mencekam. Ini buntut kerusuhan antaretnis yang terjadi di kawasan Juata Kerikil pada pagi dini hari tadi.
Kerusuhan antaretnis disebabkan adanya peristiwa pemalakan antara warga salah satu etnis terhadap etnis lainnya. Pemalakan ini berakhir dengan adanya pengeroyokan warga sehingga menyebabkan satu orang bernama Abdullah meninggal dan seorang lagi terluka parah.
Mereka ayah dan anak. Ayahnya meninggal sedangkan anaknya harus dirawat di rumah sakit,” paparnya.
Akibat peristiwa ini, kata Sofyan, ratusan warga membakar empat rumah di kawasan Juata Kerikil. Mereka juga mencari orang-orang yang mengeroyok dua rekannya.
Mengantisipasi agar kerusuhan tidak meluas ke kota, aparat keamanan sudah melokalisir tempat kejadian perkara agar tidak merembet ke kawasan kota Tarakan. Polisi juga sudah berupaya memburu para pelaku pengeroyokan yang mengakibatkan satu meninggal dan satu orang harus dibawa ke rumah sakit.
Sumber Berita Terkini Kerusuhan tarakan dari : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/09/27/brk,20100927-280935,id.html
0 comments:
Tinggalkan Komentarmu